Panennews.com – Jika anda beranggapan bahwa kandang domba itu berbau, kotor, dan jorok, maka hal ini haruslah ditinjau ulang.
Adalah Vita Krisnadewi sosok perempuan asal Jogja yang memperkenalkan sistem kandang terkoleksi. Yaitu sebuah kandang hewan ternak, khususnya domba yang ia kelola, dengan sistem pengelolaan limbah yang memisahkan feses dan urine ternak tersebut.
“Kandang terkoleksi mampu memisahkan urine dan feses ternak serta mengoleksinya, sehingga memudahkan dalam membersihkan kandang. Kandang ini menjaga lingkungan bersih, bebas bau dan meningkatkan pendapatan dari penanganan limbah” jelasnya.
Awalnya perempuan 44 tahun ini memikirkan berbagai cara untuk membuat sistem kandang yang tidak menimbulkan bau. Utamanya yaitu pengelolaan feses dan urine pada ternaknya.
Dari berbagai riset yang dilakukan yaitu dengan menggunakan bahan material terpal, atap dengan jaring ikan, kawat, dan sebagainya. Akan tetapi dari evaluasi ketahanan, perawatan, resiko, dan pengaplikasiannya dilapangan belum mendapatkan yang seusai keinginannya.
Setelah itu, dengan material baja ringan dan penggunaan penampung urine dengan menggunakan bahan fiber inilah, formulasi kandang terkoleksi didapat.
Kelebihan kandang terkoleksi diantaranya memudahkan dalam pengelolaan limbah ternak, sehingga kandang tersebut tidak berbau. Selain itu dapat memisahkan urine dan feses ternak itu sendiri.
Kelebihan lainnya yaitu mudah dan simpel dalam penerapannya. Bayangkan saja untuk mengelola ternak sebanyak 120 ekor, hanya dibutuhkan 1 staf karyawan saja. Hal ini karena sistem kandang ini sangat mudah dan simpel dalam membersihkannya.
Dari sisi finasialnya, feses dan urine juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Limbah ternak ini juga bisa dijual untuk berbagai kebutuhan.
Dalam satu kandang ukuran 5 x 18 meter dengan kapasitas 120 ekor saja, dapat menghasilkan sekitar 4 karung feses ukuran 50 kilogram dalam waktu sehari.
“Harga per karung (feses) 25 ribu rupiah, jadi sebulan (penghasilan) dari feses saja 3 juta ripiah per kandang, belum lagi urinenya.” Paparnya.
Untuk urinenya sendiri, dalam dua kandang dapat menghasilkan sampai dengan 75 liter dalam satu hari. Harga urine ternak setelah difermentasi berkisar 1.000 rupiah per liter, sehingga pendapatan sebulan dari urine ini berkisar 2 juta lebih.
Lebih lanjut, perempuan alumnus Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa pada prinsipnya untuk bahan materialnya dapat disesuaikan, tidak harus dari baja ringan.
Yang terpenting yaitu prinsip pengelolaannya yang dapat memisahkan antara feses dan urinenya. Dengan pemisahan itu, maka kandang tidak akan berbau dan ternak pun akan menjadi lebih sehat.
“Hewan akan lebih sehat karena kandang selalu bersih, juga meminimalkan penyakit (pada ternak), serta angka kematian (hewan) bisa kurang sampai dengan dua persen”. Tuturnya.