Senyum lebar tersungging dari bibir Soud Aminah. Jauh dari hingar-bingar politik dan ekonomi, perempuan kelahiran Yogyakarta ini baru saja memecah rekor di Kabupaten Merauke, Papua. Melalui Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara (YKPN) yang ia pimpin, Aminah dan tim YKPN sukses memanen padi di atas 8 ton gabah kering panen (GKP)/ha di kawasan paling Timur Indonesia ini.
Padahal, meski pemerintah RI telah lama menggadang-gadang Merauke sebagai lumbung pangan nasional, tetapi tidak pernah panen padi per hektarnya sebesar itu. Kepuasan Aminah dan Tim YKPN makin meninggi manakala titik koordinat sawah yang dicetak Aminah paling dihindari oleh para petani Merauke.
Panen di atas areal teknis lahan 12 ha di site Selor IV Kampung Selor Indah, Distrik/Kecamatan Kurik, titik tersebut seolah dikutuk; paling dihindari oleh kaum tani Merauke. Sebab kandungan asam dan besinya terkenal paling tinggi. Titik tersebut tergolong lahan kritis. Saat tim YKPN mulai terjun ke Merauke sebagai langkah observasi awal, 18-21 Agustus 2019, kontur tanahnya sangat keras, retak-retak, kecoklatan, dan kehitaman.
Tapi faktanya, 3-4 Desember 2019, YKPN sukses panen di kisaran 8-9 ton GKP/ha dari target minimal panen 7-7.5 ton. Jenis padi yang digunakan super genjah varietas Trisakti. Satu rumpunnya yang dipanen YKPN di site Selor IV ini rata-rata terdiri 30-40 batang setinggi di atas 90 cm.
Tiap malainya mencapai 300-an bulir. Berisi semua dan padat; nyaris tidak ada satupun yang hampa. Sudah begitu, panennya pun lebih cepat dari umumnya. Kurang lebih 75 hari setelah tanam (HST) atau 2,5 bulan. Padi Trisakti ini bunting sejak berumur 40 HST, lebih cepat dari konvensional. Dalam usia 50 HST bahkan sudah keluar malai dan berbunga.
Mari runut jadualnya: padi Trisakti yang disemai YKPN di area base camp Selor IV dimulai pada pertengahan Agustus 2019. Dilanjutkan dengan cetak sawah seluas 12 ha untuk tahap penggemburan bersamaan dengan penyempurnaan irigasi. Proses ini berakhir pada pertengahan September 2019. Di saat itulah padi Trisakti yang telah disemai mulai ditanam secara bertahap.
Soud Aminah dan tim YKPN nekad. Mereka menanam berhimpitan dengan dua cuaca ekstrim sekaligus. Pada Agustus-September 2019, cuaca Merauke masih sangat terik. Ini sebangun dengan prediksi BMKG yang rilis per Maret 2019. Bahkan BMKG meramal: sepanjang dua bulan itu puncak musim kemarau di Indonesia.
Prediksi BMKG: Merauke dan 9 wilayah lainnya di tanah air mengalami musim kemarau lebih kering dari biasanya. Tapi ajaibnya, setelah pemupukan tahap pertama atau setelah padi yang telah disemai dipindahkan ke pematang sawah, sampai dengan panen, tanah kritis areal teknis sawah berubah kehijauan; diselimut lumut-lumut tipis.
Seolah alam enggan memberi ruang bernafas, pertengahan Oktober 2019, Merauke dan sejumlah daerah di Papua dihajar angin kencang. Puncaknya pada akhir Oktober dan awal November. Prediksi BMKG per 29 Oktober 2019 terbukti. Hujan lebat disertai angin kencang dan petir menyalak di langit daerah perbatasan langsung dengan Papua Nugini dan Australia itu. Berbatasan dengan Laut Arafura di sebelah Selatan, tinggi gelombang air laut Merauke kala itu di atas 2 meter.