Inovasi Anak Dalam Negeri Dalam Penanganan Sampah Non Organik Yang Membludak

oleh -300 views
Daur Ulang Sampah
Ilustrasi Daur Ulang Sampah Foto : Freepik

Panennews.com – Merujuk laporan Global E-waste Monitor 2017 dari United Nation University (UNU), volume limbah elektronik meningkat 8 persen dari 41,4 juta metrik ton (Mt) pada 2014 menjadi 44,7 juta metrik ton (Mt) pada 2016. Laporan itu memprediksi, limbah meningkat 17 persen pada 2021 atau mencapai sekitar 52,2 juta Mt.  Adapun benda yang termasuk dalam limbah elektronik di antaranya smartphone, panel surya, kulkas, dan televisi.

Semakin membludaknya sampah non organik perlu dilakukan penanganan khusus agar tak menjadi ancaman kelestarian lingkungan. Sejumlah daerah di Indonesia mulai serius menangani persoalan sampah, utamanya sampah non organik seperti limbak elektronik. Salah satunya Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penanganan sampah non organik di wilayah itu dilakukan pemerintah daerah bersama swasta melalui aplikasi Octopus.

Baca Juga :   Menteri Trenggono Himbau Peneliti Kembangkan Riset Inovasi Kurangi Ketergantungan Pakan Impor

Direktur Utama PT Daur Ulang Industri Terpadu, Andi Moehammad Ichsan, mengatakan kerja sama itu merupakan dukungan pada program pemerintah berkaitan dengan pelaksanaan bank sampah di Kota Makassar.  Ichsan menambahkan, aplikasi berbasis IT berperan sebagai penghubung antara pengguna sampah secara langsung, kurir sampah plastik, serta unit bisnis sampah.

Octopus sendiri adalah aplikasi distribusi sampah yang mendukung kinerja bank sampah milik Pemerintah Kota Makassar untuk mereduksi sampah non organik yang sampai ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Aplikasi itu melakukan standarisasi jenis, kondisi, dan timbangan sampah non organik sehingga memberikan keuntungan bagi semua pihak dari mulai masyarakat, pemulung, dan unit bisnis sampah.

Baca Juga :   Pelajar Jepara Ciptakan Virosa, Pengawet Ikan Alami

Sebagai informasi, aplikasi Octopus memiliki 301 relawan yang nantinya akan melakukan pendampingan kepada pemulung dan satuan tugas (Satgas) kebersihan dalam menggunakan aplikasi Octopus. Octopus juga bekerja sama dengan Yayasan Peduli Pemulung yang memiliki 964 pemulung terdaftar dan terverifikasi yang nantinya bersama-sama dengan satgas kebersihan Kota Makassar.

“Mereka akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan sebelum menjadi scavengers dari Octopus. Octopus juga bekerjasama dengan Yayasan Lestari Mulia dalam hal pelatihan serta pendampingan teknologi dan kognitif bagi para calon scavengers Octopus,” ujar Ichsan.

Ia berharap, aplikasi itu dapat membantu bank sampah Kota Makassar menjadi pengelolaan bank sampah yang transparan dan akuntabel yang pertama di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.