Panennews.com – Indonesia mengadakan pertemuan Internasional Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases (GRA) yang diadakan pada 6-7 September 2019 di Jimbaran, Bali. Pertemuan yang dihadiri perwakilan dari 56 negara ini akan dirangkaikan dengan “the 5th Global Science Conference on Climate Smart Agriculture”
Dalam membuka pertemuan tersebut Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan), Fadjry Djufry, mengatakan, emisi gas rumah kaca yang menimbulkan perubahan iklim (climate change) adalah hal yang nyata dan telah memberikan dampak yang ekstrem di berbagai negara. Menurutnya, sektor pertanian adalah yang paling rentan menghadapi cuaca yang ekstrem karena perubahan iklim, sementara pertanian harus dapat berproduksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan
Sebagai informasi, Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases (GRA) sejak 2009 telah mempunyai anggota 56 negara. Aliansi ini membawa negara-negara anggotanya untuk mencari dan mempraktikkan cara untuk mengembangkan pertanian guna memperoleh pangan berlimpah tanpa harus meningkatkan emisi gas rumah kaca.
Fadjry selaku Ketua GRA yang baru, megingatkan pemanasan global memerlukan tindakan seluruh pihak dalam melaksanakan upaya mereduksi emisi gas rumah kaca, disaat bersamaan juga perlu mengembangkan inisiatif global guna adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
Pertemuan tahunan kali ini, Indonesia bertindak sebagai Ketua Konsil, dengan mengambil tema ‘Decision support tools’ yang fokus kepada sains dan training pada GRA’s Research Groups. Menurut Fadjry, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendukung dan mengembangkan sistem pertanian yang ramah iklim dan ramah lingkungan. Pemerintah terus bermitra dengan negara lain dan beberapa lembaga internasional agar sistem pertanian ramah iklim dapat dimodifikasi, diadaptasi, dan diterapkan di Indonesia